Minggu, 16 September 2012

Meluncurkan Financial Inclusion ke Desa

 
Oleh Prof Dr Haryono Suyono
PADA awal bulan ini untuk selama satu bulan penuh, Sekolah Tinggi Ekonomi Keuangan dan Perbankan Indonesia (STEKPI), dengan kampusnya yang megah yang terletak di samping kompleks kediaman resmi para anggota DPR RI, mengirimkan lebih dari 200 mahasiswanya semester 7 dan 8 untuk mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Posdaya di kelurahan dan kampung-kampung di seluruh wilayah DKI Jakarta. Secara khusus, mahasiswa yang didampingi para dosen pembimbing, yang umumnya ahli keuangan dan perbankan itu, akan mengembangkan financial inclusion di kampung dan daerah-daerah pedesaan tersebut.
Seperti diketahui, financial inclusion adalah suatu terobosan baru dari para ahli dan praktisi keuangan, perbankan serta lembaga keuangan di seluruh dunia, untuk merubah cara berpikir yang biasanya hanya cenderung mengeruk untung dari pengembangan sistem keuangan dan pelayanan perbankan, menjadi cara berpikir baru ikut serta dalam proses pemberdayaan masyarakat dan pembangunan dalam rangka pengentasan kemiskinan dan peningkatan akses yang lebih mudah bagi rakyat banyak, khususnya keluarga kurang mampu, kepada lembaga keuangan atau lembaga bank di manapun adanya.
Dalam suatu acara khusus yang dipimpin Ketua STEKPI, Drs Agung Nur Fajar SE, Ak, MSi, dihadiri oleh orang tua mahasiswa dan tamu khusus dari Universiti Kuala Lumpur, wakil presidennya, Prof Dato’ Dr Mohd Azemei M Noor DIMP, JMH, PKT, BSc, MSc, PhD, IPF, diberikan pembekalan akhir tentang tantangan yang dihadapi oleh keluarga miskin, atau keluarga yang hampir tidak ada akses terhadap lembaga keuangan di berbagai daerah, termasuk di DKI Jakarta.
Oleh karena itu para mahasiswa yang dilepas untuk KKN tematik diharapkan melakukan juga gerakan bersama masyarakat dan lembaga keuangan perbankan di kelurahan maupun di kecamatan dan atau di mana saja lembaga itu dapat diakses untuk melakukan berbagai kegiatan pemberdayaan secara simultan.
Yang pertama, para mahasiswa yang akan ditempatkan hampir di semua kecamatan itu diharapkan memberikan pencerahan kepada semua lembaga keuangan dan perbankan di tempat mereka berada, agar memberikan perhatian kepada rakyat biasa, utamanya keluarga miskin, untuk makin bisa mengakses lembaga keuangan di sekitarnya.
Kalau perlu rakyat yang tidak biasa menabung diberikan insentif khusus untuk menabung dan belajar menghargai tabungan atau deposito dengan kepercayaan penuh.
Lebih dari itu lembaga perbankan diharapkan berani mengucurkan kredit biarpun nasabahnya mempunyai agunan yang sangat minimal.
Kepada lembaga keuangan yang dijumpai dalam kegiatan KKN akan dijelaskan bahwa dalam kebijakan financial inclusion yang sekarang sedang berkembang di seluruh dunia, setiap lembaga keuangan atau bank tidak boleh hanya menarik deposito dengan bunga rendah atau memberikan kredit dengan bunga tinggi dan meminta agunan karena tidak mau menderita kerugian karena nasabah tidak mampu membayar hutangnya.
Kepada masyarakat, para mahasiswa dianjurkan mengembangkan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) dimana keluarga di kampung-kampung dapat bergabung dan saling peduli.
Keluarga kaya sudi menjadi keluarga angkat yang sedia mengangkat keluarga miskin sebagai keluarga yang didukung pemberdayaannya untuk melepaskan diri dari lembah kemiskinan.
Keluarga miskin yang menyatu dengan keluarga yang lebih mampu dapat mengambil kredit dengan agunan yang didukung keluarga kaya dalam sistem tanggung renteng, sehingga keluarga miskin yang semula tidak mempunyai akses, bisa dengan mudah meminjam uang dari lembaga bank.
Para mahasiswa menjadi agen pembawa pembaharuan dalam praktek financial inclusion yang menjadi bagian dari lembaga keuangan dan perbankan untuk semua. Kegiatan KKN mahasiwa STEKPI menjadi terobosan baru untuk membangun sekolah keuangan dan perbankan secara terbuka dan cakupan mahasiswa yang luas tanpa batas. (Prof Dr Haryono Suyono, Mantan Menko Kesra dan Taskin, www.haryono.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar